Oleh: Ridwan Said
Kerusakan
lingkungan hidup dan kapitalisme adalah idiom yang saling kait mengait, sejarah
dan hubungan entitas itu saling berbarengan. Bila ditelusuri dari belakang awal
mula kebangkitan kapitalisme dan kerusakan lingkungan, maka kita harus
milihatnya sejak revolusi Perancis yang di ikuti dengan revolusi lainnya,
seperti revolusi hijau di Inggris, yang merupakan titik awal dari
persepsi dan orientasi manusia dalam mememaknai
dan mengarungi segala bidang peradaban, yang paling mencolok dari perubahan itu
adalah setidaknya tiga bidang utama; pertama,
dibidang keyakinan/agama yang dulunya
“kebenaran” merupakan monopoli pihak gereja
kemudian di bagi dengan ilmuwan dan para
filsuf yang ditandai dengan kebebasan
pemikiran; kedua, dibidang politik,
dari dominasi pihak raja (aristokrasi) bergeser di bawah kekuasaan
kedaulatan rakyat, akhirnya melahirkan pemikiran Negara
hukum (rule of law/ Rechsstaat/ Droit De Etat), Demokrasi, dan Negara konstitusional; ketiga, bidang ekonomi, dari sebelumnya
menggunakan cara-cara tradisional di geser oleh mesin (industrialisasi). Abad 18 dan 19 diyakini
sebagai awal abad modern, puncaknya adalah abad 20 tentu
saja banyak efek positif dari kemajuan itu, namun efek negatifnya juga
mencengankan.
Setelah lepas dari cengkeraman konflik
(perang dingin) yang berkepanjangan ditandai dengan kekalahan kubu sosialis direpresentasikan oleh Uni
sovyet,
dan Amerika Serikat
sebagai pihak yang menang
yang diikuti semakin jaya dan ekspansinya
kapitalisme.
Kemenangan pihak kapitalisme dan
kehancuran sosialisme secara signifikan merevolusi tampilan peradaban dunia,
kapitalisme yang mengusung konsep liberalisme, dalam domain
ekonomi menuntut kebebasan pasar
lewat kompetisi
dan perdagangan bebas, negara praksis hanya menjadi penjaga malam atau bertugas
menjaga stabilitas pasar. Pemain utama dalam
percaturan ekonomi dunia kemudian berpindah tangan dari staate ke coorporation, kapitaslime dengan kekuatan modal dan kebebasan pasar
menjarah semua sumber daya alam dengan menanam investasi
diberbagai bidang, seperti kehutanan, batu bara, migas dan pertambangan, dalam
wilayah tehnologi dan infomasi melakukan inovasi dan menciptakan berbagai
tehnologi baru.
Dikemudian hari inovasi dibidang
tehnologi, pengerukan perut bumi tanpa terkendali, industrialisasi tidak
sekedar berkonstribusi kemajuan seperti peningkatan produksi,
kemampuan di bidang teknologi, harapan hidup yang semakin
tinggi, namun juga membawa dampak yang mengkawatirkan dunia, terutama
malapetaka pemanasan global (Global Warming). lubang ozon, ditemukan
sejak tahun 1985 di berbagai tempat di belahan bumi, seperti di Amerika Serikat
dan Antartika. Penyebab terjadinya lubang ozon adalah zat kimia semacam
kloraflurkarbon (CFC), yang merupakan zat buatan manusia yang sangat berguna
dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk lemari es dan AC
Global Warming adalah
berupa naiknya temperatur
global berkisar 1,4-5,8 C, berakibat naiknya permukaan laut 10-20 cm dan akan
terus naik sampai 88 cm tahun 2100. Di Indonesia akibat dari perubahan iklim membuat
produktivitas pertanian menurun di sebabkan ketidakjelasan curah hujan,
sehingga pendapatan petani semakin kecil. Padahal, dua pertiga warga miskin di
Indonesia berada di pedesaan dan mengandalkan hidupnya dari pertanian, dan
otomatis berimbas pada peningkatan kemiskinan. Diramalkan, pada 2050 terjadi
defisit gabah kering sebesar 60 juta ton. Dari 13.466 jumlah pulau Indonesia
sebanyak 12 pulau terluas terancam tenggelam, setiap tahunnya laut indonesia naik
5-10 cm. (Kompas, 21/5).
Sebagai reaksi dari akibat pembangunan dan industrialisasi
yang telah menyebabkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan, di seluruh
dunia sedang terjadi gerakan yang disebut gerakan ekologi (deep ecology)
yang dikumandangkan dan dilakukan oleh banyak aktivis organisasi lingkungan
yang berjuang berdasarkan visi untuk menyelematkan lingkungan agar dapat
berkelanjutan. Gerakan ini merupakan antitesa dari gerakan lingkungan dangkal (shallow
ecology) yang berperilaku eksplotatif terhadap lingkungan dan
mengkambinghitamkan agama sebagai penyebab terjadinya kerusakan alam
lingkungan. Gerakan ini beranggapan bahwa bumi dengan sumber daya alam adanya
untuk kesejahteraan manusia. Karena itu, kalau manusia ingin sukses dalam
membangun peradaban melalui industrialsiasi, bumi harus ditundukkan untuk
diambil kekayaannya.
Di panggung
dunia Internasional untuk menyelamatkan bumi, telah sering dilakukan deklarasi
Internasional, terutama mengubah orientasi pembangunan, dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan, Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi, pemerataan
dan keadilan sosial, menghargai keanekaragaman (diversity).
Upaya itu ialah mulai dari Deklarasi Je Deneiro yang
di ratifiksi oleh
Indonesia melalui UU No. 5 tahun 1994. yang merupakan komitmen untuk menurunkan
emis gas rumah kaca, untuk merumuskan itu telah di tindak lanjuti dengan
peragkat dan tata cara pelaksanaannya melalui Protokol Kyoto (1997) yang berisi komitmen negara-negara industri
untuk mengurangi emisi paling sedikit 5 porse sampai tahun 2012, kyoto ini
telah di ratifikasi oleh lebih dari 130 Negara namun sayang terkendala oleh
ketidak siapan AS, Australia dan
Negara Negara industri lainnya yang tidak mau menandatanganinya, padahal emisi yang
dihasilkan oleh AS sekitar 27 porsen dan Negara eropa lainnya 53 porsen,
sementara negara berkembang lainnya hanya 30 porsen. Tahun 2002 di Bali telah
dilaksanankan KTT Konsep pembanguan berkelanjutan oleh negara-negara berkembang,
pada konverensi ke 13 Converence Of
Paties juga dilaksankan pada tahun 2007 di Bali, kemudian dilanjutkan di
Denmark tahun 2009 Converence Of Paties ke-15,
dan dilanjutkan di Thailan tahun 2010, dan
terakhir 2011 konverensi penyelamatan bumi di Afrik Selatan lagi-lagi negara maju
seperti AS tidak menyepakatinya karena
kepentingan ekonomi.
Posisi
Indonesia sebagai Negara pemilik hutan terbesar tentu saja menjadi harapan
dunia, Untuk menurunkan emisi
gas rumuh kaca Indonesia dan Norwegia mei 2010 telah menandatangani kerja sama
melalui program REDD+ dengan cara deforestasi dan degradasi hutan serta
konservasi keragamaan hayati dengan janji norwegia merikan hibah 1
Milyar Dolar AS. Presiden SBY mengeluarkan Kepres 19 tahun 2010 mengenai
pembentukan Satgas persipan pembentukan kelembagaan REDD+ target penurunan
karbon 26 porsen yang sudah di tanda tangani melui letter of intent (Lol) (Kompas, 20/5), selain itu pemerintah juga
sudah menandatangani kerjasama UN-REDD+ dengan Jerman, Jepang, Australia, Korea
Selatan.
Isi LOI Indonesia-Norwegia itu tidak
sekedar moratorium, namun juga termasuk mengelola lahan terdegradasi, penegakan
hukum kehutanan, dan antisipasi konflik masyarakat. tindak lanjut dari Kepres
19 tahun 2010 Presdiden SBY menandatangani instruksi Presiden Nomor 10 Tahun
2011 tentang penundaan pemberian ijin baru dan penyempurnaan tata
kelola hutan alam, primer dan lahan gambut, guna mendapatkan kucuran dana dari
Pemerintah Norwegian sebesar 1 milyar dolar AS, dengan tahap pertama 30 juta
dolar AS, tapi sayang ijin hutan sekunder masih tetap diberikan.
Semenatra Sejarah
kerusakan dan pemcemaran lingkungan hidup di Indonesia bermula sejak seoharto mengeluarkan
undang-undang No. 1 tahun
1967 tentang penanaman modal asing (PMA) sebagai tindak lanjut hasil pertemuan
di Genewa-Swiss, antara utusan Indonesia dengan para pengusaha-pengusaha
kapitalis AS dan negara-negara eropa lainnya, disinilah
awal mula idiologi kapitalisme bercokol menancap kuta dibumi pertiwi, SDA
potensial dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, seperti, Freeport, Generl
Motors, US Steel Tobacco, Alcoa,
Goodyear, Siemens, Presiden AS Nixon waktu itu menyebut Indonesia adalah “upeti
dari Asia.” Keluarnya UU PMA sebagai
hasil konsesi dan prasyarat dikucukannya dana segar pinjaman dari IMF dan
World Bank yang akhirnya juga menjadi ladan
kopsinyanya soehato waktu berkuasa.
Akhirnya kita menyadari bahwa
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup berbarengan dengan sejarah
kebangkitan kapitalisme yang menjarah seluruh SDA, dan salah satu cara untuk
menyelamatkan bumi ialah menyalamatkan hutan dari cengkeraman kerakusan
kapitalisme, namun masalahnya sampai saat ini tidak ada satupun obat mujarab
yang mampu menjinakkan kerakusan kapitalisme, sebab kita tau roh dan nyawanya kapitalisme
adalah keserakahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar