Senin, 11 Februari 2019

LINGKUNGAN DAN ANOMALI KAPITALISME

Oleh: Ridwan Said
Kerusakan lingkungan hidup dan kapitalisme adalah idiom yang saling kait mengait, sejarah dan hubungan entitas itu saling berbarengan. Bila ditelusuri dari belakang awal mula kebangkitan kapitalisme dan kerusakan lingkungan, maka kita harus milihatnya sejak revolusi Perancis yang di ikuti dengan revolusi lainnya, seperti revolusi hijau di Inggris, yang merupakan titik awal dari persepsi dan orientasi manusia dalam mememaknai dan mengarungi segala bidang peradaban, yang paling mencolok dari perubahan itu adalah setidaknya tiga bidang utama; pertama, dibidang keyakinan/agama yang dulunya  “kebenaran” merupakan monopoli pihak gereja kemudian  di bagi dengan ilmuwan dan para filsuf yang ditandai dengan kebebasan pemikiran; kedua, dibidang politik, dari dominasi pihak raja  (aristokrasi) bergeser di bawah kekuasaan kedaulatan rakyat, akhirnya melahirkan pemikiran Negara hukum (rule of law/ Rechsstaat/ Droit De Etat), Demokrasi, dan Negara konstitusional; ketiga, bidang ekonomi, dari sebelumnya menggunakan cara-cara tradisional di geser oleh mesin (industrialisasi). Abad 18 dan 19 diyakini sebagai awal abad modern, puncaknya adalah abad 20 tentu saja banyak efek positif dari kemajuan itu, namun efek negatifnya juga mencengankan.
Setelah lepas dari cengkeraman konflik (perang dingin) yang berkepanjangan ditandai dengan kekalahan kubu sosialis direpresentasikan oleh Uni sovyet, dan Amerika Serikat sebagai pihak yang menang yang diikuti semakin jaya dan ekspansinya kapitalisme.
Kemenangan pihak kapitalisme dan kehancuran sosialisme secara signifikan merevolusi tampilan peradaban dunia, kapitalisme yang mengusung konsep liberalisme, dalam domain ekonomi menuntut kebebasan pasar lewat kompetisi dan perdagangan bebas, negara praksis hanya menjadi penjaga malam atau bertugas menjaga stabilitas pasar. Pemain utama dalam percaturan ekonomi dunia kemudian berpindah tangan dari staate ke coorporation, kapitaslime dengan kekuatan modal dan kebebasan pasar menjarah semua sumber daya alam dengan menanam investasi diberbagai bidang, seperti kehutanan, batu bara, migas dan pertambangan, dalam wilayah tehnologi dan infomasi melakukan inovasi dan menciptakan berbagai tehnologi baru.
Dikemudian hari inovasi dibidang tehnologi, pengerukan perut bumi tanpa terkendali, industrialisasi tidak sekedar berkonstribusi kemajuan seperti peningkatan produksi, kemampuan di bidang teknologi, harapan hidup yang semakin tinggi, namun juga membawa dampak yang mengkawatirkan dunia, terutama malapetaka pemanasan global (Global Warming). lubang ozon, ditemukan sejak tahun 1985 di berbagai tempat di belahan bumi, seperti di Amerika Serikat dan Antartika. Penyebab terjadinya lubang ozon adalah zat kimia semacam kloraflurkarbon (CFC), yang merupakan zat buatan manusia yang sangat berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk lemari es dan AC
Global Warming adalah berupa naiknya temperatur global berkisar 1,4-5,8 C, berakibat naiknya permukaan laut 10-20 cm dan akan terus naik sampai 88 cm tahun 2100. Di Indonesia akibat dari perubahan iklim membuat produktivitas pertanian menurun di sebabkan ketidakjelasan curah hujan, sehingga pendapatan petani semakin kecil. Padahal, dua pertiga warga miskin di Indonesia berada di pedesaan dan mengandalkan hidupnya dari pertanian, dan otomatis berimbas pada peningkatan kemiskinan. Diramalkan, pada 2050 terjadi defisit gabah kering sebesar 60 juta ton. Dari 13.466 jumlah pulau Indonesia sebanyak 12 pulau terluas terancam tenggelam, setiap tahunnya laut indonesia naik 5-10 cm. (Kompas, 21/5).
Sebagai reaksi dari akibat pembangunan dan industrialisasi yang telah menyebabkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan, di seluruh dunia sedang terjadi gerakan yang disebut gerakan ekologi (deep ecology) yang dikumandangkan dan dilakukan oleh banyak aktivis organisasi lingkungan yang berjuang berdasarkan visi untuk menyelematkan lingkungan agar dapat berkelanjutan. Gerakan ini merupakan antitesa dari gerakan lingkungan dangkal (shallow ecology) yang berperilaku eksplotatif terhadap lingkungan dan mengkambinghitamkan agama sebagai penyebab terjadinya kerusakan alam lingkungan. Gerakan ini beranggapan bahwa bumi dengan sumber daya alam adanya untuk kesejahteraan manusia. Karena itu, kalau manusia ingin sukses dalam membangun peradaban melalui industrialsiasi, bumi harus ditundukkan untuk diambil kekayaannya.
Di panggung dunia Internasional untuk menyelamatkan bumi, telah sering dilakukan deklarasi Internasional, terutama mengubah orientasi pembangunan, dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi, pemerataan dan keadilan sosial, menghargai keanekaragaman (diversity). Upaya itu ialah mulai dari Deklarasi Je Deneiro yang di ratifiksi oleh Indonesia melalui UU No. 5 tahun 1994. yang merupakan komitmen untuk menurunkan emis gas rumah kaca, untuk merumuskan itu telah di tindak lanjuti dengan peragkat dan tata cara pelaksanaannya melalui Protokol Kyoto (1997) yang berisi komitmen negara-negara industri untuk mengurangi emisi paling sedikit 5 porse sampai tahun 2012, kyoto ini telah di ratifikasi oleh lebih dari 130 Negara namun sayang terkendala oleh ketidak siapan AS, Australia dan Negara Negara industri lainnya yang tidak mau menandatanganinya, padahal emisi yang dihasilkan oleh AS sekitar 27 porsen dan Negara eropa lainnya 53 porsen, sementara negara berkembang lainnya hanya 30 porsen. Tahun 2002 di Bali telah dilaksanankan KTT Konsep pembanguan berkelanjutan oleh negara-negara berkembang, pada konverensi ke 13 Converence Of Paties juga dilaksankan pada tahun 2007 di Bali, kemudian dilanjutkan di Denmark tahun 2009 Converence Of Paties ke-15, dan dilanjutkan di Thailan tahun 2010, dan terakhir 2011 konverensi penyelamatan bumi di Afrik Selatan lagi-lagi negara maju seperti AS tidak menyepakatinya karena kepentingan ekonomi.
Posisi Indonesia sebagai Negara pemilik hutan terbesar tentu saja menjadi harapan dunia, Untuk menurunkan emisi gas rumuh kaca Indonesia dan Norwegia mei 2010 telah menandatangani kerja sama melalui program REDD+ dengan cara deforestasi dan degradasi hutan serta konservasi keragamaan hayati dengan janji norwegia merikan hibah 1 Milyar Dolar AS. Presiden SBY mengeluarkan Kepres 19 tahun 2010 mengenai pembentukan Satgas persipan pembentukan kelembagaan REDD+ target penurunan karbon 26 porsen yang sudah di tanda tangani melui letter of intent (Lol) (Kompas, 20/5), selain itu pemerintah juga sudah menandatangani kerjasama UN-REDD+ dengan Jerman, Jepang, Australia, Korea Selatan.
Isi LOI Indonesia-Norwegia itu tidak sekedar moratorium, namun juga termasuk mengelola lahan terdegradasi, penegakan hukum kehutanan, dan antisipasi konflik masyarakat. tindak lanjut dari Kepres 19 tahun 2010 Presdiden SBY menandatangani instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang penundaan pemberian ijin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam, primer dan lahan gambut, guna mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah Norwegian sebesar 1 milyar dolar AS, dengan tahap pertama 30 juta dolar AS, tapi sayang ijin hutan sekunder masih tetap diberikan.
Semenatra Sejarah kerusakan dan pemcemaran lingkungan hidup di Indonesia bermula sejak seoharto mengeluarkan undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) sebagai tindak lanjut hasil pertemuan di Genewa-Swiss, antara utusan Indonesia dengan para pengusaha-pengusaha kapitalis AS dan negara-negara eropa lainnya, disinilah awal mula idiologi kapitalisme bercokol menancap kuta dibumi pertiwi, SDA potensial dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, seperti, Freeport, Generl Motors,  US Steel Tobacco, Alcoa, Goodyear, Siemens, Presiden AS Nixon waktu itu menyebut Indonesia adalah “upeti dari Asia.” Keluarnya UU PMA sebagai hasil konsesi dan prasyarat dikucukannya dana segar pinjaman dari IMF dan World Bank yang akhirnya juga menjadi ladan kopsinyanya soehato waktu berkuasa.
Akhirnya kita menyadari bahwa kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup berbarengan dengan sejarah kebangkitan kapitalisme yang menjarah seluruh SDA, dan salah satu cara untuk menyelamatkan bumi ialah menyalamatkan hutan dari cengkeraman kerakusan kapitalisme, namun masalahnya sampai saat ini tidak ada satupun obat mujarab yang mampu menjinakkan kerakusan kapitalisme, sebab kita tau roh dan nyawanya kapitalisme adalah keserakahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KORUPSI DAN KEKERASAN JEBAKAN YANG MENGUAT

Oleh: Ridwan HM Said MENDEKAT I akhir tahun 2011 lalu dan awal dari tahun 2012 ini Indonesia diwarnai oleh dua masalah besar yang ...